loading...
Sebenarnya sudah lama ingin bercerita dan berbagi info tentang Pesona Garut. Kejadian ini memang pernah saya alami dan merupakan fakta yang telah dialami lima tahun yang lalu.Pada tahun 2012, pertama kalinya saya datang ke Kota Garut, khususnya ke Gunung Papandayan untuk lebih mendalami dan mengerti tentang Pesona Garut / Tempat Wisatanya,
Kami berangkat berenan dari Jakarta sekitar jam 7 pagi naik motor keluaran baru. Setelah perjalanan 5 jam,sampainya di kawasan Garut sekitar jam 12 siang, dan perjalanan kami lanjutkan ke kawasan garut selatan untuk bisa naik Gunung Papandayan, yang memang sudah tak sabar ingin kami daki.Kami ingin segera tahu tentang Pesona Hutan Mati Gunung Papandayan Garut, yang beritanya begitu santer terdengar di gendang telinga.
Jam 1 mulailah pendakian dilakukan yang memang tak memakan waktu yang lama, karena memang gunungnya tak begitu tinggi. Sesampainya di kawasan yang biasa di jadikan Kami sampai di Gerbang menuju Papandayan sudah agak sorean. Disambut dengan gerimis dan kerumunan ojek-ojek yang menawarkan jasanya untuk mengantar sampai di Parkiran Pondok Papandayan.Sudah tak sabar untuk segera sampai di Pesona Garut yang menakjubkan ini.
Gunung Papandayan sangat cocok bagi pendaki pemula sehingga menjadi salah satu primadona destinasi wisata di Garut. Berdasarkan kalisifikasi Schmidt dan Ferguson, Gunung Papandayan digolongkan ke dalam tipe iklim B dengan curah hujan rata-rata 3.000 mm per tahun, kelembaban udara 70-80 persen, serta bertemperatur 10 derajat celcius.
Selain melalui jalur pendakian yang bermula di Cisurupan, sejatinya ada pula jalur yang dimulai dari Pengalengan, Kabupaten Bandung. Namun jarak tempuh menuju kawah dari Pangalengan akan lebih jauh. Mengingat aroma belerang yang amat menusuk, pendaki dianjurkan untuk membawa masker.
Jika memulai pendakian dari Cisurupan, kawasan Hutan Mati dapat dijumpai setelah melalui hamparan kawah dan area perkemahan Pondok Salada yang berjarak sekitar 2 jam perjalanan dari kawah. Dari Pondok Salada, pendaki bisa mendirikan tenda. Sumber air juga melimpah di sana. Dari Pondok Salada, perjalan bisa diteruskan menuju Hutan Mati tanpa perlu membawa seluruh perbekalan pendakian.
Jika belum puas mengagumi Hutan Mati, tidak ada salahnya menelusuri pemandangan padang Edelweiss seluas 35 ha di Tegal Alun yang berjarak sekitar 45 menit dari Hutan Mati.
Pemandangan menakjubkan di Hutan Mati tidak akan ada seandainya erupsi Gunung Papandayan tidak terjadi pada 2002 lalu. Erupsi kala itu terjadi 3 gelombang yang diawali erupsi freatik pada 11 November. Dinding Kawah Nangklak runtuh membuat material longsoran mengalir ke sungai Cibeureum Gede dan memicu banjir bandang.
Gelombang kedua terjadi pada empat hari kemudian, 15 November berupa erupsi eksplosif yang membentuk Kawah Baru. Pada 20 November, terjadi apa yang dsiebut “directed lateral blast”. Material vulkanik dimuntahkan Kawah Nangklak sepanjang 1 km ke arah timur laut.
Selain melalui jalur pendakian yang bermula di Cisurupan, sejatinya ada pula jalur yang dimulai dari Pengalengan, Kabupaten Bandung. Namun jarak tempuh menuju kawah dari Pangalengan akan lebih jauh. Mengingat aroma belerang yang amat menusuk, pendaki dianjurkan untuk membawa masker.
Jika memulai pendakian dari Cisurupan, kawasan Hutan Mati dapat dijumpai setelah melalui hamparan kawah dan area perkemahan Pondok Salada yang berjarak sekitar 2 jam perjalanan dari kawah. Dari Pondok Salada, pendaki bisa mendirikan tenda. Sumber air juga melimpah di sana. Dari Pondok Salada, perjalan bisa diteruskan menuju Hutan Mati tanpa perlu membawa seluruh perbekalan pendakian.
Jika belum puas mengagumi Hutan Mati, tidak ada salahnya menelusuri pemandangan padang Edelweiss seluas 35 ha di Tegal Alun yang berjarak sekitar 45 menit dari Hutan Mati.
Pemandangan menakjubkan di Hutan Mati tidak akan ada seandainya erupsi Gunung Papandayan tidak terjadi pada 2002 lalu. Erupsi kala itu terjadi 3 gelombang yang diawali erupsi freatik pada 11 November. Dinding Kawah Nangklak runtuh membuat material longsoran mengalir ke sungai Cibeureum Gede dan memicu banjir bandang.
Gelombang kedua terjadi pada empat hari kemudian, 15 November berupa erupsi eksplosif yang membentuk Kawah Baru. Pada 20 November, terjadi apa yang dsiebut “directed lateral blast”. Material vulkanik dimuntahkan Kawah Nangklak sepanjang 1 km ke arah timur laut.
Ribuan batang dan ranting pohon legam menghitam bak jemari yang menyembul dari pasir putih dan berjuang meraih birunya langit. Saat berjalan di antara sela-selanya, dua kesan berbeda dan sama kuat hadir dalam tempo bersamaan.
Ada ketakutan saat membayangkan kekuatan alam superkuat yang tercermin dari batang dan ranting pohon sebagai benda paling gelap. Namun pada saat bersamaan, ada pula kekaguman terhadap kemampuan alam untuk meninggalkan jejak panorama cantik dari kekuatannya itu.
Hal itulah yang seketika terbesit dalam benak saat berada di kawasan Hutan Mati Gunung Papandayan. Keunikan yang membuatnya begitu kontras adalah posisi Hutan Mati yang diapit lebatnya pepohonan yang memayungi perbukitan sejauh mata memandang. Kondisi itu menguatkan kesan seperti tengah berada dalam lukisan lukisan surealis.
Waktu terbaik untuk menikmati epiknya Hutan Mati Gunung Papandayan adalah sore menjelang gelap. Sangatlah beruntung jika langit sedang cerah tanpa senoktah pun awan. Sebab, pemandangan langit malam dengan bintang gemintang tampak sedemikian sempurna jika dilihat dari Hutan Mati.
Berada di Kecamatan Cisurupan, Gunung Papandayan bisa ditempuh dalam tempo sekitar 4 jam dari Kota Bandung. Di gunung dengan ketinggian 2.665 mdpl itu terdapat beberapa kawah seperti Kawah Baru, Kawah Mas, Kawah Nangklak, serta Kawah Manuk yang tak henti hentinya mengepulkan uap.
Ada ketakutan saat membayangkan kekuatan alam superkuat yang tercermin dari batang dan ranting pohon sebagai benda paling gelap. Namun pada saat bersamaan, ada pula kekaguman terhadap kemampuan alam untuk meninggalkan jejak panorama cantik dari kekuatannya itu.
Hal itulah yang seketika terbesit dalam benak saat berada di kawasan Hutan Mati Gunung Papandayan. Keunikan yang membuatnya begitu kontras adalah posisi Hutan Mati yang diapit lebatnya pepohonan yang memayungi perbukitan sejauh mata memandang. Kondisi itu menguatkan kesan seperti tengah berada dalam lukisan lukisan surealis.
Waktu terbaik untuk menikmati epiknya Hutan Mati Gunung Papandayan adalah sore menjelang gelap. Sangatlah beruntung jika langit sedang cerah tanpa senoktah pun awan. Sebab, pemandangan langit malam dengan bintang gemintang tampak sedemikian sempurna jika dilihat dari Hutan Mati.
Berada di Kecamatan Cisurupan, Gunung Papandayan bisa ditempuh dalam tempo sekitar 4 jam dari Kota Bandung. Di gunung dengan ketinggian 2.665 mdpl itu terdapat beberapa kawah seperti Kawah Baru, Kawah Mas, Kawah Nangklak, serta Kawah Manuk yang tak henti hentinya mengepulkan uap.
Pesona Hutan Mati Gunung Papandayan Garut
Reviewed by Situs Booking Hotel
on
Juni 09, 2017
Rating:
Tidak ada komentar: